Browse » Home
Senin, 12 November 2012
Nur Mahmudi Jelaskan 'One Day No Rice' dalam Bukunya
Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Minggu, 11 November 2012 | 14:14 WIB
Dibaca: 1
Komentar: -
|
Share:
Nur Mahmudi Jelaskan 'One Day No Rice' dalam Bukunya Fabian Januarius Kuwado Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail meluncurkan sebuah buku dengan judul One Day No Rice. Peluncuran buku tersebut sekaligus menjawab kontroversi langkah pemerintahannya menerapkan kebijakan Satu Hari Tanpa Nasi di wilayah Depok, Jawa Barat.
TERKAIT:
Rekor Mengonsumsi Makanan Nonnasi
Ribuan Siswa Ikuti Kampanye Sehari Tanpa Nasi
Sehari Tanpa Nasi Akan Libatkan 24.520 Siswa
Pedagang Berharap PNS Depok Serius
Sehari Tanpa Nasi Minggu Ketiga
JAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail meluncurkan sebuah buku dengan judul 'One Day No Rice'. Peluncuran buku tersebut sekaligus menjawab kontroversi langkah pemerintahannya menerapkan kebijakan Satu Hari Tanpa Nasi di wilayah Depok, Jawa Barat.
Bertempat di ruangan Restoran Mang Kabayan, Jalan Margonda, Depok Jawa Barat, Minggu (11/11/2012), acara peluncuran buku tersebut dihadiri beberapa tokoh. Antara lain Mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid dan Kepala Ketahanan Pangan RI Ahmad Suryana.
Dalam acara tersebut, Nur Mahmudi Ismail kembali menjelaskan substansi kebijakannya yang sempat menjadi kontroversi itu. Menurutnya, kebijakan tersebut bukan bertujuan melarang masyarakat untuk mengonsumsi nasi. Namun, lebih kepada penerapan pola hidup sehat.
"Substansinya memang bukan satu hari tanpa makan nasi. Tapi mengurangi volume makan nasi. One Day No Rice adalah gebrakan lainnya, satu hari enggak makan nasi tapi diganti dengan yang lainnya," ujar Nur Mahmudi.
Nur Mahmudi tak menampik jika kebijakannya itu rentan bertabrakan dengan kebudayaan orang Indonesia kebanyakan. Meski demikian, dirinya tetap mendukung gerakan tersebut atas alasan menuju ketahanan pangan dan penerapan hidup sehat bagi masyarakat luas.
Di sisi lain, bagi masyarakat yang masih sulit mengubah makanannya di luar karbohidrat dengan basis beras, Nur Mahmudi memiliki kuncinya. Berkat kerjasama pihaknya dengan beberapa peneliti, lahir yang dinamakan beras analog. Beras tersebut adalah hasil pengolahan jagung dan tebu yang dibuat mirip dengan butiran beras.
"Ini gebrakan, saya ingin bapak ibu berubah saja sedikit pola makannya. Ini beras analog dijual di kantin kantor kami. Harganya Rp 9.000 per kilogram, jadi diganti enggak masalah," lanjutnya.
Nur Mahmudi yakin gerakan satu hari tanpa nasi tersebut telah sesuai dengan peraturan pemerintah soal diversifikasi pangan berbasis komoditas lokal. Jadi, daerah-daerah yang makanan pokoknya masih beras, dapat diganti dengan karbohidrat lainnya, seperti ubi, singkong, jagung dan lainnya.
"Sudah sesuai dengan amanat UU No 7 Tahun 1996, Peraturan Presiden tahun 2009. Hingga saat ini sudah ada 50 kepala daerah yang sudah mengikuti amanah UU tersebut untuk berbasis pada kearifan lokal dan diversifikasi pangan, dan ini harus menabrak kebiasaan makan nasi," jelas Nur Mahmudi.
Buku setebal 73 halaman yang ditulis sendiri oleh Nur Mahmudi itu terdiri dari tiga bab. Bab pertama menjelaskan tentang alternatif beras analog sebagai langkah kecil untuk perubahan besar, bab kedua berisi perspektif kebijakan One Day No Rice dan bab ketiga adalah gerakan tersebut sebagai solusi.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar